Sunday, July 01, 2012

Perdamaian Syiria Harapan Kita

Oleh: Zamhasari Jamil
Peminat Kajian Politik dan Hubungan Internasional; Alumnus Aligarh Muslim University, India.

Kunjungan Kofi Annan yang merupakan utusan khusus Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Liga Arab dan juga merupakan mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB  ke Syiria akhir Mei lalu itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Ini merupakan kunjungannya yang kedua setelah 10 Maret silam. Kehadiran Annan tersebut tentu saja menawarkan solusi baru menuju perdamaian di negeri pimpinan Basyar Al-Asad itu. Pergolakan yang telah berlangsung di Syiria selama lebih kurang 16 bulan ini tentu saja membawa imbas yang tak diharapkan bagi dunia internasional umumnya dan terlebih lagi bagi negara di kawasan Asia Barat yang dalam beberapa tahun terakhir ini memiliki catatan mengenai konflik internal dan sipil yang berakhir dengan tumbangnya sang penguasa. Berakhirnya rezim Hosni Mubarak di Mesir dan Muammar Khadafi di Libya tentu masih segar dalam ingatan kita.

Demi perdamaian di Syiria, Rusia  memberi sinyal bahwa Rusia tak lagi berfikir untuk mempertahankan kelangsungan kepemimpinan Asad. Bahkan Rusia nampaknya mendukung skenario “mendamaikan Yaman” diterapkan di Syiria bila memang skenario itu diterima oleh rakyat Syiria. Skenario yang diamini oleh Amerika Serikat dan nampaknya juga bakal diikuti oleh Cina. Selama ini Rusia dan Cina memang dikenal sebagai sabahat dekat Syiria.

Kenyataan menunjukkan bahwa selagi Asad masih memegang tampuk kepemimpinan di Syiria, impian damai di Syiria masih jauh dari harapan. Sepertinya kunjungan mantan Sekjen PBB itu tak membawa dampak yang berarti bagi perkembangan perdamaian di Syiria. Mengenai rencana baru sejumlah aktor yang terlibat dalam konflik Syiria, Rusia dan Iran tetap menjamin keikutsertaan mereka dalam menjaga kepentingan mereka di kawasan itu. Kini, kekhawatiran telah muncul, bila Asad tak segera meletakkan jabatannya, maka perang saudara di Syiria tak akan berkesudahan dalam waktu dekat ini, mengingat kubu Asad sepertinya sulit untuk mengambil hati kubu oposisi yang nampaknya belum rela berdamai dengan kubu Asad, walaupun baru-baru ini Asad sudah merombak susunan kabinetnya dengan melibatkan pihak oposisi kedalam kabinet yang baru dibentuknya ini.

Perpecahan di Syiria setiap hari makin menjadi-jadi. Militer tak lagi dapat mengontrol konflik yang terus menjalar ke seluruh wilayah itu. Hal ini memungkinkan kelompok oposisi mendapatkan tempat sekaligus sebagai titik awal untuk sesegera mungkin menggulingkan Asad dari kursi kepresidenannya. Annan menawarkan solusi agar Asad keluar dari Syiria dan menyingikir ke Rusia, disaat yang bersamaan pula beredar rumor di salah satu harian AS yang melaporkan bahwa Asad telah menggelapkan uang negara sebasar enam miliar dolar. Tentu saja semua ini membuat oposisi di Syiria semakin meradang dan sulit menerima kepemimpinan Asad lagi.

Sejauh ini pihak keamanan Syiria belum mau berbicara mengenai reformasi di Syiria. Yang jelas proses untuk mendamaikan Syiria tak bisa disamakan dengan proses mendamaikan Yaman mengingat struktur keamanan di Syiria itu sangat berbeda sekali dengan Yaman. Perlu diingat bahwa kepemimpinan Bashar Al-Asad merupakan rekayasa pihak keamanan dan militer Syiria setelah kematian ayahandanya. Tentu saja penunjukan Asad sebagai pengganti ayahandanya ini sempat membuat dunia heran dan tercengang dibuatnya.

Perlu diingat bahwa rencana yang ditawarkan oleh Annan kepada Asad untuk mempercepat proses perdamaian di Syiria itu tidak berbeda jauh dengan usulan Zionis, Ehud Barak, yang diumumkannya saat kunjungannya ke Amerika Serikat beberapa pekan lalu. Usulan itu kemudian diyakini pula oleh Presiden AS, Barak Obama. Rencana dan usulan itu mereka sebut dengan skenario Yaman, dimana Israel sangat khawatir terhadap posisi mereka bila gelojak di Syiria tak dapat dicegah sesegera mungkin. Obama mengingatkan bahwa untuk menjamin kelangsungan hidup di Syiria, penggunaan jargon militerisasi revolusi hendaknya dihindari, karena hal itu rentan terhadap munculnya jargon jihad baru yang apabila istilah jihad ini muncul nantinya, maka hal itu akan lebih sulit untuk diredam lagi dan pada akhirnya nanti hanya kegagalan dalam mendamaikan Syirialah yang ditemui.

Hal utama yang patut kita tanya adalah: apakah Asad bersedia menerima tawaran Annan tersebut atau tidak? Karena posisi Asad saat ini tentu sangat menentukan nasib keamanan, lembaga militer dan darah anak-anak Syiria beberapa dekade ke depan. Masa depan Syiria ada di tangan Asad hari ini. Dalam hemat kami, akan lebih terhormat bila Asad dengan suka rela turun dari tahta kepresidenannya demi menjaga keutuhan bangsa dan negaranya sendiri sebelum Asad digulingkan oleh kubu oposisi yang tentu saja didukung oleh kekuatan-kekuatan ekternal yang selama ini memang sudah berseberangan dengan Asad sendiri.

Kita memang tak tahu jawaban yang pasti, meskipun nampaknya Asad takkan menerima solusi yang ditawarkan Annan itu. Sepertinya Asad punya resep sendiri untuk meredam konflik di dalam negerinya sendiri dan sekaligus memenangkannya dari oposisi. Kita akan sama-sama menunggu keputusan yang akan dibuat Asad, dan mudah-mudahan Turki dan beberapa negara Arab yang bertetangga dengannya dapat memainkan pengaruhnya guna mewujudkan perdamaian di Syiria yang sudah dinantikan oleh jiwa-jiwa yang tak berdosa di negeri itu. Perdamaian, tidak hanya di Syiria, tapi juga di seluruh belahan bumi ini, tentu menjadi harapan dan dambaan kita semua. Oh penghuni dunia, berdamailah! *

0 Comments:

Post a Comment

<< Home