Wednesday, May 02, 2012

Berharap Kado “Perpustakaan” di Hardiknas

Oleh: H. Zamhasari Jamil, MA.
Peminat Pendidikan, berasal dari Kec. Kubu Babussalam, Rokan Hilir.

DI Indonesia, tanggal 2 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Beragam kegiatan yang bernuansa pendidikan bisa saja diadakan dalam rangka memperingati Hardiknas ini, seperti lomba membaca puisi, menulis artikel, meresensi buku, menulis profil atau sosok tokoh dan pegiat pendidikan dsb. Kegiatan-kegiatan seperti itu dapat diadakan baik tingkat pelajar, guru, maupun masyarakat umum. Hal ini tentu saja akan dapat menjadikan Hardiknas betul-betul menyentuh masyarakat Indonesia secara luas. Sehingga upacara Hardiknas yang diadakan sekali setahun ini tidak hanya sebatas seremonial belaka.

Ditengah geliat pembangunan infrastruktur di Kabupaten Rokan Hilir saat ini, tentunya masyarakat berharap agar pembangunan mutu dan kualitas pendidikan juga tidak diabaikan. Tentu, salah satu bentuk perhatian terhadap mutu dan kualitas pendidikan itu adalah dengan menyediakan sarana pendukung, diantaranya keberadaan perpustakaan. Pemikiran untuk membangun Perpustakaan Daerah atau Perpustakaan Kabupaten, Perpustakaan Kecamatan, Perpustakaan Desa bahkan Perpustakaan RT/RW sekalipun sudah saatnya untuk diperhitungkan keberadaannya.

Kehadiran perpustakaan yang kreatif dan inovatif mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk mengundang masyarakat  agar mengunjungi dan memanfaatkannya. Kreatif yang dimaksud adalah dengan melibatkan masyarakat untuk menyumbangkan buku, misalnya mewajibkan satu rumah penduduk menyumbang dua buku. Bisa juga pemerintah daerah atau pemerintah setempat mencanangkan program pengadaan buku setiap tahun melalui angggaran yang disediakan.

Sedangkan inovatif dimaksud adalah dengan menjadikan perpustakaan tersebut mampu menciptakan suasana yang membuat banyak orang merasa membutuhkannya dan nyaman berada didalamnya, seperti suasana lingkungan yang pro lingkungan anak-anak, pro kalangan pelajar atau mahasiswa, pro ibu-ibu yang suka memasak. Ini dapat dilakukan bila pengelola perpustakaan tersebut mempunyai kepekaan terhadap bahan bacaan yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga persoalan yang menimpa banyak perpustakaan wilayah atau perpustakaan sekolah yang selama ini terkesan menjenuhkan dan membosankan dapat dihindari.

Kejenuhan dan kebosanan itu muncul berawal dari keberadaan perpustakaan yang tidak kreatif dan inovatif itu tadi. Sebagai contoh, keberadaan buku yang hanya itu-itu saja dan tata letak ruang yang terkesan angkuh dan tak bersahabat dengan pengunjungnya.

Bila kita mau mengaca kepada negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang misalnya, para orang tua sudah membiasakan tradisi membaca kepada anaknya sejak kecil. Karena itu tidak heran bila mereka sambil menunggu pesawat di bandara atau sambil menunggu bus di terminal, kita akan menyaksikan mereka yang begitu antusias untuk membaca sebuah buku, entah itu buku novel, buku ilmiah, majalah atau koran. Yang penting prinsip mereka adalah terus membaca dan membaca. Bahkan yang mungkin diluar perkiraan pikiran kita adalah mereka juga mendesain –maaf- ruang toilet yang juga nyaman digunakan pada saat membuang hajat sambil membaca.

Dengan demikian, pesan “Iqra” atau perintah membaca yang terdapat didalam ajaran Islam itu lebih dulu diterapkan oleh masyarakat yang non-Muslim. Begitu juga pesan kebersihan sebagaimana yang disebut oleh Rasulullah Muhammad sebagai bagian daripada iman itu juga lebih awal diterapkan oleh suku bangsa yang beragama non Muslim juga. Karena itulah, bila kebiasaan ini tak dapat kita rubah, maka pantaslah kita ini disebut sebagai umat manusia yang hanya ber-Islam sebatas akidah, tapi belum ber-Islam dalam hal kebudayaan dan kebiasaan.

Tidaklah salah bila Sayyid Qutub, seorang ulama asal Mesir pernah menyebutkan: Aku menemukan Islam itu di Eropa, bukan di Timur Tengah. Maksudnya adalah seperti budaya membaca dan budaya bersih yang seharusnya sudah diterapkan di kalangan umat Islam yang mayoritas berada di wilayah Timur Tengah, tapi sebaliknya budaya ini lebih dapat diterapkan di kalangan umat non-Muslim yang sebagian besar berada di Eropa itu.

Bersempena dengan Hardiknas ini, kita berharap kepada Pemda, khususnya Pemda Rokan Hilir dan pihak terkait untuk dapat mempertimbangkan berdirinya Perpustakaan Daerah atau Perpustakaan Kabupaten ini. Untuk pengadaan buku-buku atau bahan bacaan yang berkualitas, Pemda dapat bekerjasama untuk mencari tahu tentang bacaan-bacaan yang berkualitas itu dengan anak-anak daerah ini yang saat ini juga sudah banyak tersebar di kota-kota besar di wilayah Indonesia ini, bahkan putra daerah Rohil ini juga ada yang merambah sampai ke luar negeri.

Keinginan pemimpin daerah yang didukung oleh masyarakat dan ditopang oleh anggaran dana yang memadai, akan memudahkan kita untuk mewujudkan impian (perpustakaan) besar ini. Semoga do’a dan harapan kita ini dikabulkan oleh Allah Ta’ala melalu tangan-tangan Pemerintah Daerah kita ini. Mudah-mudahan saja. Amien. []
Dimuat di: Posmetro Rohil, Selasa, 2 Mei 2012 -

0 Comments:

Post a Comment

<< Home