Saturday, May 31, 2008

Mengapa Ada Konflik di Timur Tengah?

Oleh: Zamhasari J. Naimah

PADA masa kerajaan Romawi (27 BC – 1453 AD) yang menganut agama Kristen itu berkuasa, orang-orang Yahudi yang berada di Timur Tengah banyak yang pindah ke Amerika dan Eropa. Kepindahan orang-orang Yahudi itu dikarenakan oleh rasa ketidaksukaan orang-orang Romawi yang beragama Kristen terhadap orang-orang Israel yang beragama Yahudi. Peristiwa itu terus berlangsung hingga kawasan Timur Tengah dikuasai oleh Pemerintahan Islam Kerajaan Turki Utsmani (1299–1923).

Pada saat Timur Tengah ini dikuasai oleh Kerajaan Utsmani, para pemimpin Islam kala itu memberikan jaminan kepada orang-orang Israel yang beragama Yahudi tersebut untuk menetap di wilayah kepemimpinan Islam. Dan jaminan itu juga turut membuka peluang bagi orang-orang Israel yang berada di negara-negara Eropa dan Amerika untuk kembali lagi ke Timur Tengah, terutama ke wilayah Palestina. Kepulangan mereka ini tentu saja sangat wajar karena memang Timur Tengah ini adalah tanah tumpah darah mereka juga. Faktor lain yang membuat orang-orang Israel banyak yang "pulang kampung" dari Eropa ke Palestina adalah karena penguasa Jerman kala itu Adolf Hitler melakukan pembunuhan secara besar-besaran kepada seluruh bangsa yang berdarah Israel.

Memang, sejak masa Nabiullah Musa Alaihissalam, orang-orang Israel (Bani Israel) ini dikenal sebagai bangsa yang banyak tanya (Melayu: nyenyel). Selain itu, bangsa Israel juga dikenal sebagai bangsa yang lihai bersilat lidah dan mengadu-domba (konspirasi). Bahkan Rasulullah SAW sendiri pernah mengingatkan supaya berhati-hatilah bila membuat perjanjian dengan orang-orang Israel, karena memang orang-orang Israel ini pintar bersilat lidah dan mengadu-domba. Keberadaan orang-orang Israel yang ada di Eropa tersebut juga banyak yang menimbulkan masalah. Dan ini memang sesuai dengan naluri Israel itu sendiri, naluri konspirasi. Kembalinya orang-orang Israel dari Eropa ke Timur Tengah itu juga menciptakan permasalahan baru. Lagi-lagi, memang begitulah adanya Israel, yaitu suka mencari-cari masalah. Terbukti, pada saat jumlah orang-orang Israel yang berada di tanah Palestina sudah cukup banyak, maka muncul pulalah hasrat mereka untuk memiliki wilayah khusus yang sah. Dan mereka, dengan segala cara berusaha sekuat mungkin untuk merealisasikan hasratnya itu.

Peluang pembentukan negara Israel semakin terbuka mana kala kerajaan Islam Turki Utsmani mengakhiri sejarahnya di Timur Tengah. Bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Islam itu, wilayah Timur Tengah dikuasai oleh negara-negara besar seperti Amerika, Inggris dan Perancis, dimana pada waktu itu wilayah Syiria dan Lebanon sekarang berada dalam cengkaraman Prancis, sedangkan Palestina dan wilayah Arab lainnya berada dalam genggaman Inggris. Hal itu tentu saja mempengaruhi segala kebijakan dan peraturan yang berlaku di Palestina yang mengharuskan untuk tunduk kepada selera dan keinginan Inggris.

Inggris, sebagai mana Amerika dan Prancis yang bernafsu besar untuk menguasai Timur Tengah akan melakukan apa saja demi tercapainya keinginan mereka.Perlu untuk digarisbawahi bahwa Inggris, Prancis dan Amerika bersatu padu untuk menguasai wilayah yang mayoritasnya berpenduduk Islam itu. Disini, bangsa Romawi yang dulu beragama Kristen sangat benci dan memusuhi orang-orang Israel yang beragama Yahudi berubah menjadi "teman akrab" untuk memusuhi orang-orang Islam, dengan satu tujuan utama: menguasai Timur Tengah.

Orang-orang Israel yang berada di Amerika dan Eropa banyak yang memegang peranan penting dalam pemerintahan, sehingga keberadaan mereka ini tentu saja akan mempengaruhi kebijakan negara yang bersangkutan, seperti di Amerika, misalnya. Dalam rangka memuluskan "perjalanan" mereka untuk menguasai Timur Tengah ini, akhirnya Amerika dan Eropa, khususnya Inggris mengabulkan permohonan orang-orang Isarel untuk memperoleh wilayah khusus di tengah-tengah negara yang mayoritas berpenduduk Muslim itu. Pembentukan negara Isarel ini benar-benar mendapat dukungan penuh dari Amerika dan negara-negara Eropa terutama Inggris. Dan dengan bantuan Amerika dan Inggris pula, maka lahirlah negara Israel berdasarkan Resolusi PBB No.181 (Rencana Pembagian Palestina) tanggal 29 Nopember 1947.

Berdasarkan Resolusi PBB No. 181 tersebut, maka Palestina dibagi menjadi (1) Negara Israel yang meliputi 56.47% wilayah kekuasaan Palestina (termasuk wilayah Yerussalem) dengan jumlah penduduk 498.000 jiwa orang Yahudi dan 325.000 jiwa orang Arab. (2) Negara Arab yang meliputi 43.53% wilayah Palestina dengan jumlah penduduk 807.000 jiwa penduduk tetap Arab dan 10.000 jiwa penduduk tetap Yahudi. (3) Wilayah tanggung jawab internasional di Yerussalem, dimana jumlah penduduknya ada 100.000 jiwa orang Yahudi dan 105.000 jiwa orang Arab.

Rebutan Negara-Negara Besar

Ada banyak faktor yang membuat kawasan Timur Tengah ini menjadi rebutan bangsa-bangsa besar seperti Amerika, Inggris dan Prancis. Kawasan Timur Tengah, sebagai mana yang kita ketahui, adalah sebuah kawasan yang memiliki beberapa keistimewaan. Pertama, Timur Tengah adalah kawasan yang kaya minyak. Minyak adalah darah bagi sebuah negara teknologi. Tanpa minyak, negara teknologi akan mati. Dan minyak ini pulalah yang menjadi faktor sangat penting sehingga negara-negara industri seperti Amerika, Perancis, Inggris menjadi tergila-gila untuk menguasai kawasan ini dengan segala cara walau mengorbankan nyawa orang-orang yang tak berdosa sekalipun.

Kedua, Timur Tengah adalah wilayah yang menjadi "jembatan strategis" untuk menghubungkan ke tiga benua: Asia, Afrika, Eropa. Nah, negara-negara Eropa yang sangat bergantung kepada minyak, tentu saja menjadikan laut Timur Tengah tersebut sebagai jalan pintas untuk mengangkut minyak dari Timur Tengah itu ke benua Eropa. Sebab, pengangkuan minyak itu dilakukan via laut dan tidak mungkin untuk diangkut via darat ataupun udara. Ketiga, Timur Tengah adalah negeri dimana diturunkannya tiga agama besar, yaitu Yahudi, Nasrani (Kristen) dan Islam. Faktor agama ini juga membuat orang-orang Yahudi merasa memiliki terhadap wilayah Timur Tengah, khususnya Palestina.

Faktor Perangsang Amerika Serikat

Keterlibatan Amerika untuk menguasai Timur Tengah ini baru mulai terlihat secara terang-terangan setelah Perang Dunia II (1941-1945). Diantara faktor yang mendorong Amerika untuk menguasai Timur Tengah ini antara lain: Pertama, untuk menguasai minyak yang berlimpah ruah di Timur Tengah, terutama di kawasan Arab Saudi dan Irak. Sebagaimana yang saya sebut di awal tadi, minyak ini merupakan darah bagi negara teknologi, seperti Amerika. Mutu dan kualitas minyak yang terbaik akan digunakan untuk pesawat terbang, sisanya barulah digunakan untuk menghidupkan kompor dan sepeda motor.

Kedua, untuk mempermudah memantau gerak-gerik negara-negara yang ada di Asia, Afrika dan Eropa. Dengan menguasai Timur Tengah maka Amerika akan memiliki akses yang cukup luas untuk mengontrol perkembangan yang terjadi di tiga benua itu secara lebih dekat. Bila sekiranya ada gerak-gerik negara-negara di tiga benua itu yang mengancam kepentingan Amerika, maka Amerika akan lebih mudah dan cepat untuk mengatasi dan mengantisipasinya.

Ketiga, mengamankan Israel. Israel ini adalah "anak emas" Amerika, dan Amerika akan melakukan apa saja demi terpenuhi kepentingan Israel tersebut. Hal ini bisa terjadi karena memang orang-orang Yahudi di Amerika banyak yang memegang posisi penting di lembaga pemerintahan dan perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika juga banyak yang dikendalikan oleh orang-orang Yahudi. Lembaga seperti AIPAC (The American Israel Public Affairs Committee) di Amerika juga memainkan peranan yang cukup besar dalam mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika terutama yang menyangkut kepentingan Israel.

Keempat, mengantisipasi perkembangan komunisme di Timur Tengah yang disebarluaskan oleh Uni Soviet, saingan Amerika. Komunisme mengajarkan prinsip ekonomi sosialis, dimana setiap individu masyarakat memiliki hak penuh terhadap hasil kekayaannya tanpa perlu dikontrol oleh pemerintah. Tentu saja, ajaran ini memberikan kesempatan yang sangat besar kepada masyarakat Timur Tengah untuk mengembangkan usaha mereka dan pada saat yang sama hal tersebut akan mengancam kepetingan Amerika di Timur Tengah, sebab bila Timur Tengah dilepas begitu saja untuk mengendalikan ekonominya, maka Uni Soviet sudah bisa dipastikan akan memperoleh suplai minyak dari Timur Tengah lebih besar.

Pada masa Perang Dingin (1946-1991), yaitu perang yang tidak menggunakan senjata secara langsung, tapi munculnya ketegangan antara dua negara adi kuasa, Uni Soviet di Timur dan Amerika di Barat karena berbeda pandangan terhadap ekonomi, politik dan ideologi, Uni Soviet secara tidak langsung telah menanamkan ideologi komunisme di Timur Tengah. Duta Besar Amerika di Uni Soviet kala itu, tepatnya pada tahun 1952, George F. Kennan melihat secara langsung proses penyebaran ideologi komunisme di Timur Tengah itu. Dan untuk menghalangi penyebaran ideologi komunisme ini, George F. Kennan akhirnya memperkenalkan suatu kebijakan yang bertujuan untuk membendung pengaruh Uni Soviet ini di Timur Tengah yang disebut dengan "Containment Policy."

Akhirul kalam, saya kira cukup sampai disini dulu sepenggal kisah mengenai Timur Tengah, terutama antara Arab dan Israel. Insya Allah, persoalan-persoalan tentang Mengapa Tidak Ada Kemerdekaan Bagi Palestina? dan Bilakah Timur Tengah Akan Damai? akan saya diskusikan lagi dilain waktu. Persoalan Timur Tengah ini memang rumit, dan tidak cukup 3-4 halaman untuk menuliskan kisah-kisah yang bergejolak di tanah kelahiran para Nabi ini.[]

Zamhasari J. Naimah, alumnus Pondok Pesantren Darul Hikmah (PPDH) Pekanbaru. Mahasiswa Ilmu Politik di Aligarh Muslim University, India.

1 Comments:

Blogger Unknown said...

assalamualikum..

mas artikel bagus :)

ane suka...

boleh di copy ke file ane kan ?

9:19 AM  

Post a Comment

<< Home