Saturday, April 23, 2005

Rasulullah SAW: Model Pemimpin Sepanjang Zaman

Oleh: Zamhasari Jamil

TANTANGAN paling berat yang dihadapi oleh umat manusia saat ini adalah membina hubungan baik antar sesama manusia itu sendiri. Penyakit sosial, mental, lingkungan, bahkan sampai kepada persoalan-persoalan spritualpun di era modern ini telah merambah ke seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Kita harus belajar lebih banyak lagi untuk membentengi diri kita dari segala macam bentuk penyakit tersebut. Dan itu merupakan persoalan yang tidak mudah. Tatkala Allah SWT memberikan kita kemampuan untuk memimpin suatu bangsa, di saat yang sama, Allah SWT juga memberikan kesempatan kepada kita untuk saling mengenal satu sama lainnya. Apapun tugas, pangkat dan jabatan yang kita sandang, kita akan menemukan bahwa kita membutuhkan penyesuaian dengan lingkungan itu. Artinya, penyesuaian tersebut harus didasarkan pada rasa cinta, saling menghargai, saling percaya yang itu semua merupakan karakteristik seorang pemimpin Muslim.

Bersempena dengan peringatan hari Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1426 H bertepatan dengan tahun 2005 ini, penulis ingin menegaskan bahwa kita sebagai seorang Muslim senantiasa diminta untuk mencintai Rasulullah SAW. Bila kita sudah memiliki perasaan cinta terhadap Rasulullah SAW, tentunya kita akan selalu membayangkan bahwa Rasulullah SAW yang kita cintai tersebut selalu terasa dekat, memperhatikan dan senantiasa membimbing serta mengarahkan kita dengan menjadikan kehidupannya sebagai acuan hidup kita. Manakala kita mampu menghadirkan perasaan cinta kepada Rasulullah SAW ini dalam kehidupan kita, maka sifat-sifat kenabian itu akan dengan mudah meresap ke dalam pribadi kita. Rasulullah SAW terkenal dengan sifat jujur, sabar, toleransi. Bila kita mampu menghormatinya, maka dengan sendirinya kita akan percaya terhadap segala yang disampaikannya. Dan bila kita sudah percaya dengan segala yang disampaikannya itu, maka kita pun akan senantiasa mengikuti ajaran yang dibawanya itu, Islam.

Allah SWT berfirman, artinya: "Katakanlah: Jika kamu mencintai Allah SWT, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah SWT maha pengampun lagi maha penyayang". (QS. Ali 'Imran: 31)

Selain dari mengikuti ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW., masih ada satu hal lagi yang mesti kita laksanakan, yaitu kita dituntut untuk senantiasa berbuat sesuatu atau menghasilkan suatu karya yang bisa bermanfaat bagi orang banyak. Kita dituntut untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat kita dari waktu ke waktu yang kita lalui dalam hidup ini. Sifat amanah, memegang janji terhadap tugas yang diamanatkan kepada kita, adalah suatu tanggung jawab yang dipercayakan oleh Allah SWT kepada kita. Salah satu bentuk tugas yang diembankan oleh Allah SWT tersebut adalah tugas kepemimpinan. Paling tidak, kita bertanggung jawab untuk menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri.

Kepemimpinan inipun memiliki dimensi global dan kolektif. Allah SWT telah menjelaskan kepada kita sebagaimana yang tertera di dalam kitabNya:

Artinya: "Hendaklah ada diantara kamu yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh hal-hal yang ma'ruf dan baik, serta melarang hal-hal yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang menang". (QS. Ali 'Imran: 104)

Setiap Muslim memiliki tanggung jawab kepemimpinan, seperti seorang ayah, guru, menejer di sebuah perusahaan, pimpinan organisasi, buruh atau karyawan bahkan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan. Islam adalah "A way of life" yang tidak hanya terfokus pada persoalan ibadah semata, tapi Islam juga berkaitan dengan semua urusan kehidupan manusia. Menjadi seorang pemimpin tak hanya mengerti terhadap tugas dan tanggung jawab saja, namun lebih dari itu, sebagai seorang pemimpin kita juga dituntut untuk memiliki adab dan memberikan contoh kehidupan seorang pemimpin yang layak dan patut untuk ditiru oleh masyarakatnya.

Rasulullah SAW telah memberikan gambaran yang sangat rinci bagaimana beliau bersikap sebagai seorang pemimpin; tidak pamer kemewahan dan tidak pula angkuh dengan jabatan yang beliau sandang. Sebaliknya Rasulullah SAW senantiasa menampilkan sikap keramahannya kepada umatnya, menyebarkan salam, menyantuni yang kecil, menghormati yang tua, peduli pada sesama dan selalu tunduk dan takut kepada Allah SWT. Dzat yang telah memberikan tugas dan tanggung jawab ke pundaknya.

Prinsip-prinsip kepemimpinan apa saja yang dapat kita tiru dari contoh kepemimpinan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada kita? Kalau kita sudah mengakui prinsip-prinsip kepemimpinan Rasulullah SAW., selanjutnya kriteria apa saja yang dapat kita gunakan untuk menguji sudah sejauh mana kita mampu meniru gaya kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut? Setiap masa kita selalu mendambakan seseorang yang menjadi panutan yang paling ideal bagi kita. Kita masih perlu belajar untuk mengevaluasi sudah sejauh mana kita mampu mengikuti jejak tokoh yang menjadi panutan kita itu.

Disini, penulis ingin mengetengahkan beberapa prinsip kepemimpinan dalam Islam sekaligus menyertakan beberapa kriteria sebagai bahan evaluasi bagi para pemimpin. Penulis hanya akan membatasi pada lima prinsip saja mengingat keterbatasan waktu dan ruang. Tentunya, yang menjadi sandaran penulis dalam mengangkat prinsip-prinsip kepemimpin ini dengan mengacu kepada kepemimpinan Muhammad Rasulullah SAW. Prinsip kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut antara lain:

Pertama, bertanggung jawab. Rasulullah SAW senantiasa berpegang kepada aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Segala sesuatu yang beliau lakukan hanyalah karena Allah SWT semata. Tugas, pangkat dan jabatan tersebut datangnya jua dari Allah SWT, maka kepada Allah SWT pulalah kita mempertanggungjawabkannya. Tatkala suatu perintah dari Allah datang kepada Muhammad SAW, maka beliaupun segera menjalankan perintah tersebut sekaligus menyampaikannya kepada seluruh umat manusia. Inilah yang disebut dengan bentuk pengabdian seorang hamba yang paling tinggi. Beliau tak pernah menunda-nunda dalam urusan mengerjakan perintah Allah SWT.

Sudah tentu pula bahwa tingkat kepatuhan seorang hamba yang paling rendah itu adalah dengan menunda-nunda pekerjaan yang diberikan kepadanya. Tingkatan kedua adalah mengerjakan perintah Allah SWT tersebut, tapi masih diikuti oleh rasa ragu-ragu. Dan Rasulullah SAW terhindar dari dua sikap yang terakhir ini. Sekali lagi, tingkat kepatuhan seorang hamba itu akan terlihat manakala ia mengerjakan perintah Allah SWT tersebut dengan hati yang gembira, dan kegembiraan itu muncul dari dalam hatinya sendiri. Kita harus bercita-cita dan berusaha untuk meraih tingkat kepatuhan kepada Allah SWT dengan tingkat kapatuhan yang paling tinggi sebagaimana yang telah diraih oleh Rasulullah SAW.

Kedua, rendah hati. Para pemimpin saat ini cenderung memperlihatkan perhatiannya terhadap kekuasaan dan kakayaan dari pada memperhatikan etika dan moral, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan, tak terkecuali pemimpin Muslim, semuanya sama saja. Pada kenyataannya, banyak diantara pemimpin Muslim itu yang angkuh, sombong dan tak tahu diri. Sungguh sangat naif sekali bagi para pemimpin yang berfikir semacam ini. Rasulullah SAW membuat standar kepemimpinan tersebut berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan pada hasrat atau keinginan untuk meraih sebuah status, pangkat atau jabatan.

Dari beberapa contoh diatas tadi, kita dapat mengevaluasi gaya kepemimpinan kita. Baik sebagai pemimpin di masyarakat sekitar atau pemimpin suatu bangsa. Adakah kepemimpinan kita tersebut seimbang antara kemauan yang kita miliki dan kemampuan yang ada pada diri kita? Bila kita merasa tak mampu, maka berikanlah kesempatan kepada mereka yang lebih mampu untuk menjadi pemimpin itu.

Ketiga, senantiasa mencari dan berbagi ilmu. Rasulullah SAW tidak pernah berhenti dan menyerah dalam mencari dan menuntut ilmu. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa ilmu tersebut harus senantiasa dikejar dan dicari. Bagaimana kita bisa mengaplikasikan kriteria ini dalam kepemimpinan modern sekarang? Salah satu bentuk ilmu pengetahuan yang sangat berkembang dengan pesatnya saat ini adalah teknologi dan informasi.

Sebagai seorang Muslim, kita harus menyadari adanya revolusi teknologi ini. Masyarakat Muslim saat ini boleh dibilang masyarat yang gagap teknologi. Dalam menyikapi persoalan masyarakat Muslim yang dinilai gagap teknologi ini, muncul beberapa perbedaan pandangan di tengah masyarakat baik secara individu, kelompok, organisasi atau institusi. Disini perlu dialog yang membangun untuk bisa saling bertukar ilmu pengetahuan, menumbuhkan sikap saling menghargai dari berbagai sudut pandang yang bervarisi, menentukan agenda kerja yang jelas serta bekerja sama secara sehat dalam rangka memahami risalah yang telah diembankan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW.

Sungguh sangat jarang sekali diantara kita yang mengklaim memiliki ilmu pengetahuan tentang Islam secara mendalam. Karena itu alangkah indahnya bila kita mau berbagi ilmu dalam area yang lebih spesifik lagi, misalnya dalam perkara yang berkaitan langsung sesama manusia, seperti, bagaimana pendekatan seorang Muslim dalam masalah transaski keuangan. Kriteria lain yang akan muncul adalah bagaimana kita mendemonstrasikan Islam ketika kita berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan bawahan atau atasan kita, klien kita, tetangga dan sebagainya. Barangkali salah satu cara yang paling baik untuk berbagi ilmu tersebut adalah dengan mengekspresikannya melalui profesi kita masing-masing, baik sebagai seorang dokter di rumah sakit atau seorang peneliti di laboratorium dan lain sebagainya.

Keempat, mau mendengarkan dan tanggap situasi. Kita lihat bagaimana Rasulullah SAW bersikap dalam mengambil sebuah keputusan. Banyak orang yang datang kepada Rasulullah SAW untuk mengadu. Namun sebelum beliau mengeluarkan suatu keputusan, terlebih dahulu beliau mencari informasi yang lebih banyak lagi. Keputusan dari Rasulullah SAW baru akan keluar setelah beliau merasa cukup dan memahami persoalan dan situasi yang dihadapinya.

Keinginan untuk mau mendengarkan orang lain, dan memahami apa yang didengar serta mengeluarkan keputusan tersebut sesuai dengan ketetapan Alquran dan syari'ah, merupakan kriteria yang telah diterapkan oleh Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Dan tanggap situasi tidak selamanya berati memberikan solusi terhadap suatu persoalan pada saat itu juga. Akan tetapi, memberikan solusi atau mengeluarkan keputusan setelah mengumpulkan beberapa informasi yang cukup terlebih dahulu.

Kelima, membangkitkan semangat orang lain. Salah satu kualitas Rasulullah SAW yang paling indah adalah sikap lemah lembut dan kehalusan budi pekertinya serta komitmennya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia. Pokok ajaran Islam itu universal dan diakui bahkan oleh kalangan non-Muslim sekalipun. Dalam Islam, untuk menjadi seorang yang mampu mengendalikan roda kehidupan masyarakat, haruslah berasal dari perasaan cinta dan kerinduan. Kita akan tahu bahwa kita adalah pemimpin yang efektif bilamana masyarakat sudah percaya dengan diri mereka sendiri.

Yang membuat kita berdecak kagum dengan kepemimpinan Rasulullah SAW tersebut adalah dimana saat ini tidak ada pemimpin yang mampu meniru gaya kepemimpinan Rasulullah SAW itu. Pada saat yang sama, Rasul itu adalah seorang pakar sosiologi, pemimpin perang, pemimpin bertaraf internasional, seorang menejer, kepala negara, ahli fisafat dan seorang visioner, hanya untuk menyebutkan beberapa keahlian yang dimiliki Rasulullah SAW, dan masih banyak lagi yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Melalui Rasulullah ini jualah, kita bisa melihat bahwa Islam adalah agama yang komprehensif.

Ya Allah, kami mohon cintaMu dan cinta orang-orang yang mencintaiMu, serta kami mohon bimbinganMu dalam mengerjakan sesuatu yang menghantarkan kami mencapai cintaMu. Ya Allah teteskanlah seberkas cahayaMu pada hati kami karena tanpa bantuanMu jua mustahil kami dapat mensyukuri nikmatMu. Fa'tabiruu ya ulil abshar, la'allakum turhamuun. []

Zamhasari Jamil, Mahasiswa lulusan dari Department of Islamic Studies di Jamia Millia Islamia, New Delhi, India.

This article has presented on the occasion of Jum'at sermon in Baiturrahman Mosque, New Delh, India on May 22, 2005

0 Comments:

Post a Comment

<< Home