Tuesday, October 05, 2004

Islam: Kini Berlinang Air Mata

Oleh: Zamhasari Jamil

JIKA kita mengingat-ingat kembali ketika kita masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah atau sederajat, bahwa guru agama (Islam) kita pernah mengajarkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para saudagar atau pedagang Gujarat, India. Karena itu, sebelum penulis meneruskan tulisan ini, ada baiknya kita melirik sejenak tentang pekembangan Islam di India itu sendiri.

Sejarah telah mencatat bahwa kebudayaan Islam yang dibawa oleh orang-orang Arab ke India memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan Islam di India. Dan pengaruh dari kebudaayaan Islam ini telah tercermin dalam segala aspek kehidupan masyarakat Muslim India semenjak awal kedatangan Islam di negeri sub kontinen itu. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan Islam yang semakin hari semakin meningkat seiring dengan perputaran waktu dari masa ke masa.

Di India, kita akan melihat masyarakat Muslim yang benar-benar menikmati kehidupan yang sangat sementara ini dengan penuh gairah dan semangat yang tinggi. Sehingga tidaklah mengherankan jika kita banyak menjumpai masyarakat dengan identitas Muslim, baik itu orang tua, remaja bahkan anak-anak yang benar-benar menjalani kehidupan ini secara Islami. Kehidupan yang Islami ini tercermin dalam perilaku dan sikap mereka sehari-hari. Umat Islam di India secara kuantitas boleh dikatakan seimbang dengan jumlah umat Islam di Indonesia, namun jumlah masyarakat Muslim di India ini masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang beragama Hindu, yang merupakan pengikut agama terbesar di India.

Dari hasil pengamatan penulis selama ini bahwa yang sering melakukan tindakan-tindakan kriminal itu adalah orang Islam sendiri, baik itu pencurian, perampokan, pemerasan dan pemerkosaan. Padahal dalam agama Islam tidak ada bahkan tidak akan pernah ada satu ayat dalam al-Qur'an dan satu hadist dan sekian ribu hadist Nabi Muhammad saw yang mengajarkan dan menganjurkan untuk berbuat demikian. Nah, mengapa hal ini bisa terjadi di Indonesia, bukankah Indonesia itu merupakan negara yang mayoritas umatnya beragama Islam? Bukankah dengan jumlah yang begitu besar, kesepatan dan peluang untuk menerapkan kehidupan yang Islami itu jauh lebih besar dan lebih terbuka?

Perkembangan Islam di India
Salah-satu faktor yang ikut memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan Islam di India adalah adanya kesadaran kolektif masyarakat Muslim untuk meningkatkan citra kehidupan masyarakat Muslim itu sendiri dalam segala bidang. Bahkan para pemikir ulung di India ini juga sudah melihat adanya perkembangan yang begitu cepat dalam Islam itu sendiri. Hal itu dapat dilihat dari adanya perkembangan baik dari segi budaya, kehidupan sosial bermasyarakat, ekonomi dan politik.

Selain itu dalam Islam juga tidak mengenal adanya sesembahan khusus dengan prediket yang paling tinggi, seperti dewa Brahma dalam agama Hindu (Albaas el-Islami Magazine, Vol. 48 No. 8 Juli 2003). Dan Islam hanya mengenal satu tuhan saja yaitu Allah swt., maka Muslim apapun dia, dari golongan Islam mana saja, dan dari kelas, gelar atau jabatan apapun yang disandangnya, tetap menyembah Tuhan yang sama yaitu Allah swt. Karena itu masyarakat Muslim India menganggap bahwa semua umat yang beragama Islam adalah bersaudara.

Yang patut kita ketahui juga bahwa orang-orang non-Muslim di India juga memiliki sikap toleransi yang cukup tinggi, dan sikap toleransi ini juga hanya dimiliki oleh mereka yang memang telah mengetahui Islam itu secara benar. Melalui sikap toleransi ini pula, maka perselisihan antar suku, golongan atau agama dapat dihindari, terlebih lagi menghindari prasangka buruk yang ada dibenak orang-orang yang non- Muslim, khususnya bagi mereka yang beragama Hindu.

Islam menyebar di India sejak dibawa oleh Muhammad bin Qasim as-Tsaqfi dibagian Selatan India pada tahun 92 H. (711 M.). Dan penyebaran Islam semakin meluas dibawah kesultanan Mahmud al-Ghaznawi. Penyebaran Islam semakin berkembang dengan pesat karena didukung oleh keberanian Sultan-sultan Delhi, dan diantara Sultan tersebut adalah Sultan Fairuz Shah (752-790 H/351-1388 M). Diantara faktor lain yang juga sangat mempengaruhi perkembangan Islam di India adalah setelah Shah Rukh as-Shairazi mengadakan penyebaran Islam di Kalikut (tahun 1441 M). Dan yang lebih istimewanya lagi, pada masa Sultan Shah Rukh as-Shairazi ini penduduknya terkenal dengan ketaqwaaannya, sikap wara' dan senang untuk berbuat kebaikan. Inilah yang membuat orang-orang semakin banyak yang mendapat hidayah untuk menerima Islam.

India sebagai negara yang paling demokrasi di dunia tidak penah membiarkan penduduknya untuk menjadi seorang penganggur. Sebab dengan tingginya tingkat pengangguran, maka kesempatan untuk melakukan tindakan kriminal tersebut jauh lebih terbuka lebar. Itulah sebabnya di India tidak akan ditemukan para pemuda yang duduk-duduk santai di sekitar terminal, stasiun kereta api bahkan di airport (bandara). Sebab bagi mereka kegiatan duduk santai tersebut merupakan tindakan dan aktivitas yang memalukan.

Faktor lain juga yang sangat mendukung perkembangan Islam di India adalah bahwa umat Islam India tidak mengenal adanya kasta-kasta pemisah, sebagaimana yang terjadi dalam agama mayoritas di India yaitu agama Hindu. Meskipun didalam masyarakat Muslim India kita menjumpai masyarakat yang bergelar Sayyid, Khan, Faruqi, Ansari dll., akan tetapi gelar-gelar tersebut tidaklah menyebabkan renggangnya hubungan mereka sesama Muslim. Dan di India ini juga, hubungan antara Muslim Sunni dan Muslim Syiah boleh dikatakan cukup harmonis.

Berbeda dengan Indonesia, kita bahkan sering bertanya kepada saudara Muslim kita, apakah ia Muslim NU atau Muslim Muhammadiyah, walaupun secara lahiriah pertanyaan tersebut kelihatan sangat sederhana, akan tetapi secara psikologis dampaknya cukup besar. Sebagai contoh, beberapa tahun belakangan ini sering terjadi perbedaan di kalangan NU dan Muhammadiyah dalam menentukan awal Ramadhan dan satu Syawal. Tapi kita tidak pernah berbeda pendapat dalam menentukan bulan-bulan Hijriyah yang lain. Karena itu, jika perbedaan selama ini hanyalah dikarenakan untuk menjaga kegengsian antar organisasi, maka seyogyanya hal-hal yang seperti ini tidak lagi terjadi dalam menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini.

Posisi Agama Islam
Posisi agama Islam sekarang dimata orang-orang yang selama ini sudah memiliki dendam dan kecurigaan yang tinggi tehadap Islam, mereka itu melihat Islam tak ubahnya sebagai singa yang selalu siap menerkam mereka dalam setiap detik waktu.

Satu hal yang sangat kita sayangkan adalah tentang aksi-aksi peledakan bom yang terjadi di Indonesia selama dua tahun belakangan ini dimana para penegak hukum dan penegak keadilan di Indonesia terlalu cepat untuk mengambil keputusan bahwa pelaku utama peledakan tersebut dibintangi oleh “aktor-aktor Islam”. Yang ingin penulis sampaikan adalah, jika benar bahwa pelaku peledakan tersebut adalah benar-benar dilakukan oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dirinya dengan Islam, maka sudah sewajarnya mereka mendapatkan balasan yang seimbang.

Dan yang patut kita catat adalah bahwa radikalisme dan tindakan terorisme tidak hanya ada dalam agama Islam, tapi ia juga bisa saja terjadi didalam semua agama. Karena itu, penulis menghimbau seluruh rakyat Indonesia, bila kita ingin menjadi seorang penegak hukum, atau penegak keadilan yang benar-benar ingin mendapat ridha dari Allah swt, maka jadilah penegak hukum dan penegak keadilan yang beriman kepada Allah swt. Siapa mereka? Mereka itu adalah orang-orang yang ciri-ciri sudah diterangkan oleh Allah swt melalui firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang apabila disebut Allah, maka hatinya bergemetar, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah kepadanya, maka bertambah imannya, sedangkan mereka itu senantiasa bertawakkal kepada tuhannya.” (QS. Al Anfaal: 2)

Guna menciptakan Indonesia damai yang selama ini sudah lama kita nanti-nantikan, marilah kita mempelajari kembali ajaran-ajaran yang telah disampaikan oleh agama kita, sebab tidak satupun dari agama-agama yang ada menganjurkan pengikutnya untuk berbuat kejahatan, semuanya pasti menganjurkan pengikutnya untuk berbuat kebaikan. Akan tetapi, karena kedangkalan pemahan kita terhadap agama yang kita anut, maka hal itulah sebenarnya pemicu untuk berbuat tindakan yang nyata-nyata sudah dilarang oleh Allah swt., salah-satu diantaranya tindakan terorisme. Hanya di dunia inilah kita bisa berinteraksi antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lainnya, sebab di akhirat kelak kita sudah tidak mungkin untuk bersua dan bersama lagi, dan tamankanlah dalam setiap diri pribadi kita bahwa “Dengan agama kita menjadi banyak, namun sebagai manusia kita adalah satu.” ***

Zamhasari Jamil, Mahasiswa pada Department of Islamic Studies di Jamia Millia Islamia, New Delhi, India.

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

wah seperti itu mas ya!
terima kasih atas postingannya

9:04 PM  

Post a Comment

<< Home