Wednesday, June 02, 2004

Pemimpin Yang Mampu Membaca Dan Mengobati

Oleh: Zamhasari Jamil

BERBICARA mengenai pemimpin khususnya pemimpin untuk Indonesia pada saat ini adalah suatu fenomena yang sangat menarik sekali, menarik sekali. Terlebih lagi banyak diantara kita yang belum memahami betul apa makna dan maksud yang terkandung dalam kata pemimpim itu sendiri. Namun kenyataan yang kita lihat dalam keseharian kita adalah bahwa prediket dan posisi sebagai pemimpin adalah merupakan suatu posisi yang selalu diidam-idamkan dan diperebutkan.

Berapa banyak keluarga kita, sahabat kita, orang-orang dekat kita, orang-orang disekitar kita dan bahkan diri kita sendiri rela mengorbankan saudara-saudara kita yang lain yang sebenarnya mereka itu lebih berkompeten daripada kita, kita singkirkan dengan segala cara hanya untuk memperoleh dan meraih gelar 'Pemimpin', suatu tindakan yang mengerikan dan sungguh benar-benar menjijikkan.

Selama ini masih banyak orang yang berasumsi bahwa gelar yang disandang sebagai pemimpin itu hanya dijadikan sebagai sarana dan ajang kesempatan untuk meraup keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Barang kali pemimpin yang seperti ini hanya berpikir bahwa inilah yang disebut sebagai 'Golden Opportunity' atau kesempatan emas untuk melakukan segala-galanya. Suatu makna dan konsep kepemimpinan yang sudah meleset jauh dan bertolak belakang dari hakikat kepemimpinan yang sebenarnya. Subhanallah.

Kita sebenarnya sudah tahu bahwa jabatan sebagai pemimpim ini adalah merupakan suatu amanah yang kelak nantinya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah swt. Hanya saja banyak diantara kita yang berpura-pura tidak tahu dan sengaja melupakan 'amanah' ini, karena itu tidaklah mengherankan jika kita masih menemukan para pemimpin-pemimpin dinegeri ini masih banyak yang menyikat dan menyantap hak masrayakat, mereka rela memakan harta rakyat, tidak peduli dan bersikap masa bodoh. Mudah-mudahan pemimpin-pemimpin kita di Bumi Lancang Kuning ini terhindar dari sikap yang tercela ini, Naudzubillah tsumma na'udzubillah.

Secara tegas Rasullulah saw, seorang pemimpim paling berkompeten dan paling sukses dalam panggung sejarah kepemimpinan telah mengingatkan kepada kita bahwa: "Idza wusida al-amru ilaa ghairi ahlihi fantazhiri as-sa'atu", maksudnya, "Apabila suatu perkara (dalam hal ini saya artikan sebagai pemerintahan) ditangani dan dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya (ahli disini saya artikan sebagai piawai dan berkompeten dalam bidang kepemerintahan), maka tunggulah kehancurannya. Dari sini jelaslah bahwa seorang pemimpin, terlebih-lebih lagi pemimpim untuk Indonesia yang sedang dilanda berbagai penyakit yang jauh lebih ganas dari SARS ini memerlukan seorang pemimpian yang bisa "membaca" dan "mengobati".

Yang saya maksud dengan pemimpim yang bisa "membaca" adalah pemimpin yang mampu mengerti isi hati dan isi perut rakyatnya. Seorang pemimpin harus memiliki kepekaan sosial terhadap rakyat yang dipimpinnya, seorang pemimpin harus bisa merasakan bagaimana perihnya kehidupan yang dirasakan oleh rakyatnya. Cobalah kita perhatikan berapa banyak diantara rakyat bangsa Indonesia ini yang mana kondisi mereka sungguh sangat memperihatinkan baik dalam masalah makanan, kesehatan dan pendidikan mereka. Kita masih banyak melihat berapa banyak diantara rakyat ini yang masih berpikir panjang untuk mendapatkan makanan buat hari ini dan makanan buat hari esok. Mereka yang seperti ini tak ubahnya seperti pengikut Nabi Daud AS yang sehari makan dan sehari tidak. Rasanya sudah cukuplah setengah abad saja rakyat ini diperbodoh dan diperbudak oleh pengusa-penguasa terdahulu di Republik ini.

Tidakkah kita pernah merasa tersentuh ketika melihat saudara-saudara kita yang masih tidur dibawah jembatan, di emperan toko, anak-anak gelandangan yang berkeliaran dibawah terik matahari yang sangat panas tanpa menggunakan alas kaki sedikitpun, mereka tetap menjalani dan menikmati hidup mereka sebagai gelandangan yang mana mereka hanya mampu mencium bau kita tatkala kita lewat dihadapan mereka dengan angkuhnya, akan tetapi mereka sendiri tidak pernah mendapatkan rasa belaian kasih sayang dari kita sebagai pemimpinnya. Sementara kita, istri dan anak-anak kita masih bisa tidur nyenyak didalam ruangan ber AC, berkasur empuk dan berlapiskan sutera. Kita tidur dengan nyenyaknya dibawah nyayian-nyayian dan lagu-lagu yang dialunkan oleh anak-anak pengamen jalanan.

Adapun pemimpin yang mampu "membaca" ini tidak hanya sampai disini saja, akan tetapi pemimpin tersebut juga harus mampu membaca situasi dan kondisi, misalnya, jika Indonesia melakukan ini maka ini pula akibat yang akan diterima oleh Indonesia, jika Indonesia membuat suatu kebijakan yang begini, maka Indonesia akan mendapatkan hal yang begini pula. Oleh karena itu, seyogyanya pemipim Indonesia itu adalah orang yang berwawasan luas dan mampu membuat suatu keputusan secara bijaksana, bertanggung jawab dan siap menerima segala resiko. Jangan "Lempar batu sembunyi tangan". Hendaknya lagi pemimpin itu tidak menyalahkan rakyat jika negara ini rusak. Jangan pernah mengatakan bahwa rusaknya bangsa ini karena rakyat yang tidak mahu mengikuti dan mamatuhi peratutaran yang telah ditetapkan. Seorangpemimpim yang tidak bertanggung jawab dan tidak memahamai hakikat dari kepemimpinan, jangan pernah minta dihormati dan dihargai oleh rakyatnya.

Selanjutnya, pemimpin yang bisa "mengobati" adalah pemimpin yang tak ubahnya sebagai seorang dokter, melihat kondisi Indonesia yang sudah dihinggapi oleh berbagai jenis penyakit berbahaya ini, kita butuh pemimpin yang mengetahui penyakit yang sedang diderita oleh bangsa ini serta juga piawai dan handal dalam mencarikan obatnya. Karena itu saya katakan bahwa kita butuh seorang pemimpin yang juga sebagai dokter yang bisa menyembuhkan penyakit bangsa ini. Jika pemimpin Indonesia pada masa mendatang bukanlah seorang pemimpim dan dokter spesialis dalam menangani penyakit bangsa yang sudah bertumpuk-tumpuk ini, maka kepada siapakah kami sebagai rakyatmu harus meminta bantuan pengobatan dan penyembuhan?

Akhirnya marilah kita bermunajat kepada Allah SWT agar Pemimpin Indonesia yang akan terpilih secara langsung pada tahun 2004 nanti benar-benar pemimpin yang mampu berbuat adil dan bertindak secara bijaksana bagi seluruh rakyat Indonesia dan tidak hanya adil dan bijaksana terhadap keluarga, kerabat dan orang-orang dekatnya saja. Amien Ya Rabb.

Zamhasari Jamil, Mahasiswa program S1 pada Department of Islamic Studies di Jamia Millia Islamia, New Delhi, India.

Tulisan ini pernah dimuat di Harian Riau Pos, Pekanbaru pada tahun 2003.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home